Laksmi A.
Savitri, Zuhdi S. Sang, Muntaza dan Yosep Renyut
Program Food
& Energy Estate didaratkan di Merauke (Merauke
Integrated Food and Energy Estate, atau MIFEE) berlangsung dalam bentuk
pengalokasian lebih dari sejuta hektar tanah Merauke untuk dikelola sejumlah pemilik kapital
raksasa para perusahaan. Mereka akan
menjadikannya
sebagai perkebunan skala luas, baik itu perkebunan
padi, tebu, maupun perkebunan kayu untuk kebutuhan energi terbarukan.
Persoalan terbesar adalah: siapa pemilik tanah di
Merauke? Kalau pertanyaan ini ditanyakan pada orang yang hidup di Merauke,
jawabannya adalah orang Marind. Tetapi,
jika kita telusuri dalam proses kebijakan, maka jawabannya adalah tanah itu
dikuasai oleh Negara. Di tengah kontradiksi tentang siapa sesunguhnya Tuan
Tanah di Merauke, muncul pertanyaan: dalam kondisi seperti apakah
tanah-tanah ini bisa tersedia, atau mungkin tidak bisa tersedia, untuk kepentingan
program Food & Energy Estate itu? Proses
dan mekanisme seperti apa yang berlangsung dalam rangka menguasai tanah dan
tenaga kerja untuk produksi pangan dan energi skala besar ini? Efek apa yang telah ditimbulkannya
sejauh ini? Bagaimana mereka yang telah kehilangan tanah menghadapi kehidupan
barunya? dan bagaimana proses mereka yang mempertahankan tanahnya?
Mencoba mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan ini
dan memahami segala proses perubahan yang sedang berlangsung di Merauke, inilah
yang disajikan dalam tulisan terlampir.
Bagian pertama menjelaskan siapa itu yang disebut
sebagai Anim-Ha dan kehidupannya di masa lalu. Bagian kedua sampai keempat
menjelaskan proses-proses perubahan yang sudah dan sedang terjadi, berikut
akibat yang telah memporak-porandakan kehidupan Anim-Ha. Akan
tetapi, kondisi buram itu diwarnai juga oleh usaha dan semangat meneguhkan hak
atas kehidupan yang sedang mereka perjuangkan sebagaimana digambarkan oleh
bagian kelima. Pesan yang disampaikan oleh Kepala Distrik Okaba menutup bagian
kelima ini dengan suatu harapan agar orang Marind dan tanahnya tak pernah
berpisah selamanya.
Namik, nahisa, nahai anim, es anim, nahin, makan
dimatab oleb.
Mabateme,
wanangga es hanidnanggo
(Saudara-saudara,
mama-mama, kakak-kakak, adik-adik,bapak-bapak, jangan
jual tanah untuk perusahaan. Kasihan,
itu milikkalian dan anak cucu di masa mendatang).
(Jeremias
Ndiken, Kepala Distrik Okaba,
21/3/2011.)
Tulisan hasil penelitian lengkap, silahkan unduh di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar