Kronik Agraria Indonesia |
Agraria adalah akibat, dan kapitalisme adalah sebab. Istilah ini tepat menggambarkan perjalanan panjang sejarah agraria di Indonesia. Politik agraria yang lahir dari rezim VOC di nusantara, Kolonial Hindia Belanda, Orde Lama, Orde Baru, hingga pemerintahan Indonesia sekarang, mencerminkan sikap dan cara mereka dalam menghadapi pertumbuhan kapitalisme. Kejelian dan keteguhan sikap dalam menghadapinya diperlukan, sebab, "manakala kapitalisme diusir keluar dari pintu, ia akan masuk kembali lewat jendela". Penyikapan rezim itu hadir dalam bentuk hukum, birokrasi, infrastruktur, dan bahkan formasi kenegaraan itu sendiri diwujudkan. Dari penyikapan itu dapat kita lihat dimana posisi rakyat, apakah kedaulatan mereka yang diutamakan, kedaulatan negara, ataukah justru kedaulatan modal.
Agraria mula-mula adalah tanah. Di atas tanah itu terdapat tetumbuhan, sehingga kita menyebutnya pertanian atau kehutanan. Di atasnya juga bisa terdapat air, sehingga kita menyebutnya pesisir atau kelautan. Di dalamnya terdapat berbagai materi mineral, sehingga kita menyebutnya pertambangan dan perairan. Juga udara. Dengan demikian agraria adalah ruang hidup bagi manusia, tetumbuhan, hewan, dan kehidupan ekologi itu sendiri, serta hubungan yang terjalin di antara kesemua makhluk itu. Hubungan manusia dengan agraria ada dalam hubungan yang kekal, sublim, dengan keintiman yang lekat. Maka tidak pantas dimonopoli, dijadikan bahan dagangan, obyek spekulasi dan ditawar-tawar: siapa yang punya uang, dialah yang mendapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar